Selasa, 03 Juli 2012
little girl of mine
Gadis kecil, kita berdua lelah dan tersesat. Aku ingin mengerti dirimu tapi kita berdua berbicara dalam bahasa yang berbeda. Kukatakan suatu penghiburan, kau menangis sebelum aku selesai berbicara. Kau menyuarakan kepedihanmu, aku terluka sebelum kau bisa menjelaskannya. Kadang kala aku merasa putus asa, gadis kecilku, lidahku yang lihai menjadi kelu, hatiku yang lega menjadi ciut. Kulihat kau juga letih, gadis manisku, keras cangkangmu merapuh menjadi seribu serpihan, bangkai hatimu berkelojotan seakan hidup.
Tapi memang benar kata orang tua, kalau masih ada bahasa yang sifatnya universal. Setiap kusentuh jemarimu, gadis kecil, kurasakan balasan yang hangat. Setiap kau peluk badanku, kurasakan semua letih terangkat.
Kita buta, bisu, dan tuli. Peluk aku, sentuh aku, biar kurasakan dirimu.
Tidakkah kau malas bertanya-tanya? Aku letih, aku ingin berbaring saja di pangkuanmu. Tanpa khawatir, tanpa prasangka. Apa kau mencintaiku seperti kau mencintaiku tempo hari? Apa bobot cintamu sama dengan cintaku? Timbanganku bekerja tanpa pandang bulu. Otakku terasa seperti pedagang, makelar ikan yang tergesa ingin menjual barangnya sebelum membusuk. Busuk. Busuk. Ada bau busuk dari kita berdua.
Kebalkah hidung kita? Atau karena kita buta, bisu, dan tuli, sedangkan tangan terlampau jauh untuk berpautan, maka kita percaya saja pada apa yang kita baui.
Aku lupa kalau kita ini hanya sepasang kekasih.
Gadis kecilku sayang, ampunilah aku. Ternyata aku manusia, bukan malaikat surga, tidak bisa berlaku mulia. Kupilih untuk tinggal di bumi, kakiku menjejak, dan sifatku saling berbalikkan satu sama lain. Kulihat kamu pada suatu hari tengah memanjat keluar dari lubang bertepi curam. Atau sebaliknya? Entah salah satu dari kita ini malaikat yang terlempar dari surga atau justru seorang setan yang bertaubat.
Di mataku kita ini sempurna, ada baik dan buruknya.
Ada lusinan pemuja, mengantri di lapakmu dan lapakku. Ada lusinan manusia yang dapat memujamu lebih baik daripada aku. Ada lusinan manusia yang dapat mengagungkanku lebih tinggi daripada kamu. Kenapa juga kita berdua masih bersama? Jujur kukatakan aku juga tidak bisa menerka. Katamu ini takdir, ya terima saja apa adanya.
Tadi kubilang tidakkah kita berdua lelah bertanya? Lelah berpikir. Biarkan aku mencintaimu dengan sederhana.
Kamu gadis kecilku, selamanya. Aku milikmu, begitu pula.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar